Suara Blog Pinggiran

Perdebatan NU Dan Muhamadiyah

Siang itu usai melihat Film Sang Pencerah seorang Profesor dengan sangat percaya diri menceritakan kepada mahasiswanya tentang perjuangan Ahmad Dahlan. Di antara perjuangan Ahmad Dahlan adalah melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Di bidang pindidikan pendiri Muhammadiyah yang bernama kecil Muhammad Darwisy ini telah menggunakan sarana dan prasarana modern seperti meja kursi dan papan tulis. Biasanya papan tulis meja dan kursi hanya digunakan oleh orang-orang kolonial Belanda. Beberapa Ulama’ konservatif seperti KH. Hasyim Asy’ari tidak mau menggunakan perangkat moderen seperti ini, karena milik orang Belanda dan kafir. Di bidang keagamaan A Dahlan telah membuat gebrakan dengan menggeser arah kiblat. Konon perilaku pembaharuan yang dilakukannya, Dahlan dianggap sebagai orang kafir dan sesat oleh orang-orang konservatif. Namun A Dahlan tidak pernah putus asa untuk melakukan pembaharuan Islam di Indonesia.
Selain itu A Dahlan sangat gigih memerangi khurafat, bid’ah dan tahayul.  “Saya baru saja melihat film sang pencerah, untungnya saya Muhammadiyah sehingga mati langsung masuk surga. Berbeda dengan orang-orang NU yang masuk surganya setelah seribu hari”, ungkap Profesor bercanda dan Kontan seluruh isi kelas pada saat itu tertawa semuanya.
Ada seorang mahasiwanya bertanya. Pak Prof. Saya boleh bertanya ndak?
lho boleh silahkan. Profesor merasa senang karena ceritanya ada yang merespon.
Bagaimana Prof. bisa langsung masuk surga pak lha wong bapak tidak bisa menjawab pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nangkir di dalam kubur koq.
Jadi kalau bapak mati, bapak malah pusing dan digebukin sama malaikat terus menerus karena tidak bisa menjawab pertanyaannya. Kalau orang NU walaupun seribu hari baru masuk surga tapi kan tidak digebukin malaikat. Karena sudah ditalqin (dikasih bocoran sebelum dikubur). Pertanyaan sekaligus jawabannya sudah tau pak. Nah kalau bapak kan pertanyaannya saja tidak tau apalagi jawabanya?
Seluruh kelas sontak tertawa terpingkal-pingkal melihat sang profesor terkalahkan oleh mahasiswa selenge’an ini. Rupanya sang profesor tidak mau kalah berdebat. lantas dia mencoba bertanya kepada mahasiswanya itu.” Apakah diterima doa orang hidup kepada orang mati itu? kalau di terima kenapa tidak ada balesannya?”, Tanya Profesor. Dengan nada yang sangat datar mahasiswa itu bertanya balik. “Kalau memang tidak diterima, selama hidup saya mendoakan orang mati tidak pernah dikembalikan tuh pak. Logikanya kalau tidak diterima kan mestinya dikembalikan. ini tidak. Berarti kan diterima…??
Profesor pun langsung mengumpat keluar dengan nada jengkel. “Memang susah berbicara dengan kamu”, seru Profesor menunjuk mahasiswa selenge’an itu. Semua mahasiswa cekikian, namun tidak berani tertawa lebar karena takut sama Profesor. Setelah Profesor keluar beberapa langkah dari pintu, baru satu kelas tertawa terbahak-bahak.  (www.jelajahbudaya.com)